Inovasi Mahasiswa: Tekan Pemanasan Global Akibat Pendingin Ruangan Konvensional, Mahasiswa Teknik Mesin UMY Kembangkan Pendingin Ruangan Alami

Tim Kompetisi Ide Kreatif (KIK) – Riset Eksakta melakukan penelitian dan pengembangan produk inovasi sistem pendingin ruangan alami. Beranjak dari permasalahan emisi pemanasan global yang berasal dari sistem pendingin ruangan konvensional, tiga mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) melakukan penelitian dan pengembangan sistem alat penukar kalor (heat exchanger) untuk mendinginkan ruangan dengan memanfaatkan energi panas bumi. Sistem tersebut benama Earth Cooling Tube (ECT).

Mahasiswa yang terlibat dalam kegiatan ini diantaranya Alfian Akmal, La Ode Rajen Toinda, dan Ahmad Habib Rizqi yang merupakan mahasiswa Teknik Mesin UMY. Selama kegiatan penelitian berlangsung, tim ini dibimbing oleh Dr. Ir. Novi Caroko, S.T., M.Eng., IPM.

“Sebagian besar produk pendingin ruangan konvensional menggunakan refrigerant jenis freon. Hal yang sangat mengkhawatirkan, bahwa freon telah menyumbang banyak emisi pemanasan global, sehingga tidak ramah lingkungan,” ujar Alfian Akmal, Ketua Tim ECT.

Earth Cooling Tube merupakan teknologi yang memanfaatkan energi panas bumi dan suhu tanah yang rendah untuk membuang energi panas udara ke dalam tanah sehingga menghasilkan sistem pendinginan udara langsung bawah tanah. Teknologi ini menggunakan proses refrigerasi dengan udara sebagai fluida kerja atau refrigerant alami dan bekerja dalam sistem jaringan pipa tertutup sebagai heat exchanger yang terkubur di bawah tanah untuk memindahkan panas ke bumi. Cara kerjanya adalah udara bebas yang dihisap ke dalam jaringan pipa ECT, kemudian ECT mentransfer aliran panas udara tersebut dan membuangnya ke dalam tanah, sehingga suhu udara luaran sistem ini akan jauh lebih rendah daipada suhu udara bebas.

Penelitian sejenis sudah banyak dilakukan, tetapi ada satu parameter yang sangat mempengaruhi performan kerja sistem yang dinyatakan sebagai koefisien performa atau COP. Parameter tersebut adalah kondisi tanah di mana sistem ini diterapkan. Maka, atas dasar itu tim ini melakukan studi kasus penggunaan tanah di wilayah Kecematan Kasihan, Bantul, dengan jenis tanah regosol. Tujuan penggunaan parameter tersebut adalah untuk melihat unjuk kerja sistem dalam mendinginkan udara ruangan yang energi panasnya di buang ke dalam tanah tersebut.

Inovasi dari hasil penelitian ini selars dan berkontribusi terhadap percepatan pencapaian SDGs Climate action dengan mengintegrasikan tindakan antisipasi perubahan iklim ke dalam kebijakan, strategi, dan perencanaan berkaitan dengan penerapan alternatif metode pendinginan ruangan. Juga mendukung SDGs Affordable and clean energy karena sumbernya sangat melimpah di Indonesia. Dengan adanya teknologi ECT diharapkan dapat mengurangi pemanasan global yang disebabkan oleh pendingin ruangan dengan refrigerant freon dan menjadi rujukan bagi pemerintah untuk membuat kebijkan guna mempercepat capaian pembangunan yang berkelanjutan dan alternatif metode pendinginan ruangan untuk mendukung Keputusan Presiden RI No.23/1992.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *