Kemajuan teknologi kecerdasan buatan (AI) memberikan dampak yang signifikan pada dunia medis, terutama dalam hal akurasi diagnosis penyakit yang kompleks. Penyakit otak seperti alzheimer dan tumor memerlukan diagnosis yang cepat dan akurat, sehingga dokter dapat memberikan penanganan yang sesuai.
Dewinda Julianensi Rumala, dokter asal Surabaya, mengembangkan kecerdasan buatan (AI) untuk membantu dokter mendiagnosis secara akurat terhadap penyakit otak. Menurut Dewinda, Magnetic Resonance Imaging (MRI) yang menjadi alat utama diagnosis masih bergantung pada analisis manual, sehingga mengurangi keakuratan diagnosis. Dengan adanya AI, pola penyakit yang mungkin terlewat bisa terlihat sehingga dapat meningkatkan akurasi dan efisiensi.
“Untuk meningkatkan akurasi dan efisiensi, AI dapat berperan dalam mendeteksi pola penyakit yang mungkin tidak terlihat oleh mata manusia,” jelas perempuan kelahiran Probolinggo tersebut.
Baca Juga:
Inovasi ini memanfaatkan Explainable AI dengan Teknik Grad-CAM yang memungkinkan dokter memahami bagaimana AI mengambil Keputusan dengan menunjukkan gambar yang menjadi dasar diagnosis. Inovasi ini memiliki akurasi tinggi dan model ringan sehingga memudahkan akses di berbagai wilayah termasuk yang memiliki keterbatasan infrastruktur.
Baca Juga:
Terobosan Dewinda ini telah terpublikasi dalam tiga jurnal internasional dan lima konferensi bereputasi, termasuk di Springer Q1. Ia juga menjadi salah satu peserta dalam MICCAI Workshop di Kanada, konferensi terkemuka dunia untuk AI dalam analisis citra medis, dan meraih Best Poster Presentation Award.
Dewinda berharap Teknologi AI ini dapat dikembangkan dan diterapkan untuk meningkatkan diagnosis otak. Ke depannya, dia berencana mengembangkan model yang lebih adaptif dengan AI yang semakin akurat.