China berhasil mengaktifkan reaktor nuklir berbasis thorium, atau garam cair thorium dan mengklaimnya sebagai energi nuklir bersih pertama di dunia. Mereka menggunakan unit reaktor eksperimen yang berlokasi di Gurun Gobi dan memiliki kapasitas bangkitan 2 megawatt (MW) energi panas. Reaktor ini menggunakan thorium sebagai sumber bahan bakar radioaktifnya, sedangkan garam cair sebagai pengelola panasnya (pendingin).
Xu Hongjie, ketua tim ilmuwan dalam proyek rektor thorium, menyebutkan bahwa hal ini merupakan pencapaian besar yang menandai langkah maju dalam penggunaan thorium sebagai bahan alternatif uranium yang lebih aman dan berlimpah.
Baca Juga:
“Kami sekarang memimpin di garis depan global,” ujar Xu dilansir dari Daily Times dan Interesting Engineering pada 17 April 2025, yang mengutip Guanming Daily.

Thorium merupakan salah satu bahan nuklir yang bermanfaat sebagai sumber energi alteratif untuk menggantikan nuklir. Menurut Xu, thorium lebih menguntungkan daripada uranium. Jumlah thorium lebih melimpah dalam kerak bumi dan menghasilkan limbah radioaktif yang berumur pendek.
Selain itu, thorium tidak cocok untuk dijadikan senjata, sehingga mengurangi resiko di bidang keamanan. Ketika dipasangkan dengan teknologi garam cair, reaktor bisa dioperasikan dengan membatasi panas berlebih, menjadikan secara keseluruhan memperbaiki tingkat keselamatan reaktor nuklir.
Xu dan timnya di Institut Fisika Terapan Shanghai, Akademi Ilmu Pengetahuan Cina, membangun teknologi ini berdasarkan penelitian di Amerika Serikat yang telah dideklasifikasi.
“Mereka meninggalkan risetnya itu tersedia bagi publik, menunggu datang penerusnya yang tepat, dan kitalah penerusnya itu,” ujar Xu.
Baca Juga:
Xu Hongjie menyebut pembangunan reaktor eksperimen di Gurun Gobi dimulai pada 2018 lalu. Timnya pun tumbuh dari awalnya puluhan orang, kini lebih dari 400 orang. Mereka bahkan sudah mulai membangun sebuah reaktor thorium yang lebih besar dengan kapasitas daya 10 MW Mereka juga meyakini reaktor thorium tersebut akan mencapai titik kritikalnya pada 2030.