Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah D.I. Yogyakarta (MPM PWM DIY) terus aktif melakukan berbagai kegiatan pemberdayaan masyarakat. Salah satunya adalah penguatan ekonomi masyarakat dengan pemanfaatan limbah rumah tangga sebagai sumber ekonomi warga.
Salah satu lokasi kegiatan yang diinsiasi MPM DIY ini ternyata menarik perhatian sampai ke luar negeri. Setelah beberapa waktu yang lalu dikunjungi NGO dari Philipina, Minggu (10/12) kemarin dikunjungi delegasi dari University of Technology Sydney yang juga disambut dengan hangat oleh segenap warga. Kunjungan ini juga dihadiri oleh DLHK DIY, DLH Kabupaten Sleman, Dinas Perindustrian dan Perdagangan DIY, IY Jamaah Tani Muhammadiyah (JATAM), LPM UMY, juga pengiat lingkungan seperti MLH PDM Kabupaten Sleman.
Kunjungan mereka tidak lain untuk mengetahui dan belajar mengolah sampah berbasis rumah tangga atau keluarga. Seperti proses pemilahan sampah di rumah-rumah, penjualan sampah anorganik yang di kelola oleh PKK, juga proses pengolahan limbah organik menjadi pupuk, pelet dan sebagainya dengan menggunakan maggot serta pembuatan lilin aromaterapi dan sabun cuci tangan yang dibuat dari minyak jelantah limbah dari rumah warga.
Dari kunjungan ini ternyata memberikan inspirasi baru bagi 42 mahasiswa Australia dalam mengolah sampah organik dan anorganik. “Warga di sini memberi banyak inspirasi untuk mengelola sampah dengan ide baru. Misalnya, untuk waste organic diolah dengan maggot (menjadi pupuk), itu menarik sekali.Walaupun awalnya kami pikir maggot itu menjijikan, tetapi lewat sistem yang didesain dengan bersih, banyak yang bisa dihasilkan. Seperti pakan ternak, pupuk, dan sebagainya. Kami sangat senang dengan inspirasi di sini, Jadi, ketika datang ke sini, mereka merasa tertarik dan senang dengan pengalaman ini, saat berinteraksi.” ucap Alexandra Crosby, Associate Professor University of Technology Sydney, selaku Ketua Rombongan.
Selain belajar mengolah sampah, para delegasi juga ramah tamah dengan warga sekitar. Bahkan berkesempatan mencicipi hidangan dari warga sekitar dan ikut memberi makan ikan-ikan dari pelet yang produksi oleh kelompok masyarakat disini. “Kami berharap bisa kembali lagi ke sini nanti,” ujar Alexandra.
Sementara itu, Ketua MPM PWM DIY Agus Amin Syaifuddin, menjelaskan bahwa pihaknya mendorong warga khususnya di Pasekan Lor untuk terus konsisten mengolah sampah berbasis rumah tangga, dan MPM DIY bersama JATAM siap membantu memasarkan produk-produk yang dihasilkan oleh warga di pasekan lor seperti pupuk organic cair, pelet dan kasgot, dsb.
Menurut Ketua MPM PWM DIY, Piloting Program Pemberdayaan ini memiliki tiga value, pertama tentu untuk memberikan nilai tambah ekonomi bagi warga melalui pemafaatan limbah rumah tangga baik organic maupun anorganiknya, kedua adalah menjaga kelestarian lingkungan, misal warga disini tidak lagi membuang minyak jelantah di lingkungan, justru minyak jelantah disini dapat dimanfaatkan menjadi berbagai produk seperti sabun cuci piring dan lilin aroma therapi, dan yang ketiga adalah membangun Kelompok Masyarakat Berdaya (KMB),dimana dengan mereka kita dorong menjadi kelompok, kita organisir dengan baik dan kita kolaborasikan dengan kelompok binaan MPM yang lain maka kita harapakan terbagun ekosistem jaringan yang saling bersinergi dan menguatkan. Seperti lilin aroma therapi ini bahan untuk aromanya adalah minyak atsiri yang produk atsirinya kami kolaborasikan dengan produk atsiri dari kelompok tani binaan kami yang ada di Patuk Gunungkidul, tambahnya.
Sementara itu dari PWM DIY juga sangat mendukung penuh kegiatan pengolahan sampah di Pasekan Lor yang diinisiasi MPM DIY. Diungkapkan Cahyono, S.Ag. selalu Wakil Ketua, “kegiatan ini sangat bagus untuk mengedukasi masyarakat terkait tata kelola limbah rumah tangga yang ternyata semuanya bermanfaat, dari organik sampai anorganik. “Saya kira ke depan bagaimana program seperti ini ditularkan ke ranting dalam rangka program pemberdayaan,” tandasnya.
Para warga RT 3 Pasekan Lor juga turut senang kegiatannya bisa dilirik sampai luar negeri, bahkan dikunjungi mahasiswa dari Australia untuk belajar mengolah sampah. Tentunya ini bisa jadi motivasi tambahan untuk meningkatkan kualitas pengolahan sampah berbasis rumah tangga semakin maju lagi ujar.