Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah mengajukan permintaan kepada perguruan tinggi agar mereka mendirikan program studi yang fokus pada isu polusi dan perubahan iklim. Tindakan ini merespons meningkatnya ancaman polusi dan perubahan iklim. Dalam sebuah wawancara dengan CNN Indonesia pada (31/8/23), Jokowi mengatakan, “Perguruan tinggi seharusnya aktif merespons ini dengan mendirikan program studi atau fakultas yang relevan, Bapak Rektor.”
Jokowi ingin agar perguruan tinggi dapat menyesuaikan diri dengan kebutuhan ini. Dia berharap mahasiswa dapat memperoleh pengetahuan dalam berbagai bidang, seperti perdagangan karbon, pasar karbon, wirausaha berbasis iklim, pengelolaan limbah, dan teknologi pembuatan baterai.
Selain itu, Jokowi juga menggarisbawahi pentingnya memberikan pendidikan mengenai masalah polusi dan perubahan iklim kepada para mahasiswa, dengan keyakinan bahwa mereka dapat berperan aktif dalam upaya ini. “Mahasiswa dapat berperan dalam sosialisasi tentang pentingnya menjaga hutan, mengelola air, dan mengurangi polusi, terutama polusi plastik yang saat ini merupakan masalah besar bagi kita,” jelasnya.
Saat ini, kondisi udara di Jakarta menjadi perhatian utama, dengan indeks kualitas udara (Air Quality Index – AQI) pada 31 Agustus mencapai posisi terburuk di dunia, yaitu angka 149, yang berdampak negatif pada kelompok sensitif. Pemerintah pusat dan pemerintah kota telah mengambil berbagai tindakan untuk mengatasi polusi udara ini. Presiden Jokowi menyebutkan beberapa upaya, seperti mendorong peralihan dari transportasi pribadi ke transportasi publik, penanaman pohon di kantor-kantor yang belum memiliki pohon, serta pengawasan terhadap emisi dari industri PLTU, sepeda motor, dan mobil. Selain itu, pemerintah juga telah melakukan teknik modifikasi cuaca (TMC) dan mendorong penerapan Work From Home (WFH) sebagai langkah-langkah lainnya dalam menangani permasalahan polusi ini.